#ngeREVIEW Buku | Filosofi Teras - Henry Manmpiring


Pertama kali mendengar kata filosofi beberapa orang termasuk aku berpikir bahwa pembahasan yang rumit, terlalu tinggi, abstrak, tapi hal itu memang tidak bisa disalahkan. Emang terkadang ketika pertama kali belajar filsafat langsung dibawa ke pemahaman yang baru dan mungkin jarang dibahas dalam pelajaran apapun, misalnya tentang berpikir atau pemikiran.

Kenapa kita (manusia) berpikir? Kenapa berpikir seperti ini? Apalagi kalau bertanya tentang keberadaan sesuatu, misalnya manusia, benda, sampai Tuhan.

Pokoknya semua dipertanyakan, dari hal yang menurut orang tidak penting hingga tidak penting banget. Because, filsafat is ilmu membahas segala fenomena yang ada dalam kehidupan dan pemikiran manusia lalu dijabarkan hingga akar-akarnya.

Selama membaca kalimat demi kalimat, halaman demi halaman, presepsi awalku sedikit demi sedikit memudar. Awalnya aku berpikir bahwa pembahasan dan bahasa buku ini akan berat, tapi nyatanya tidak juga. Ajaran-ajaran di Filosofi Teras sangat real dan cocok untuk berbagai kalangan. Tidak perlu menjadi filsuf atau sufi to be able to understand it. At first I thought that buku ini akan membosankan saat dibaca, ternyata aku menikmatinya hingga the end. Tanpa disadari, aku mengiyakan dan membenarkan apa yang diajarkan Filsafat Teras yang ditulis oleh Henry Manampiring pada Januari 2019. Enjoy, feel a more open mind and a more peaceful heart.

Apakah kamu sering merasa khawatir? Mudah baper? Mudah tersinggung? Mudah marah lalu curhat di media sosial?

The reasons for the existence of this book are not far from the questions above. Pada tahun 2017, penulis Filsafat teras didiagnosis oleh psikiater menderita Major Depressive Disoder.  Saat berhadapan pada sebuah keadaan, ia selalu negative thinking dan dipenuhi kecemasan. Pemilik akun Twitter @newsplatter yang divonis seperti itu membuatnya terkejut. Bagaimana tidak, di masyarakat terdapat stigma bahwa sesorang yang menderitapsikis berarti memiliki kondisi jiwa yang terganggu alias gila. Demi menyembuhkan sakitnya, ia menjalani terapi obat-obatan sehingga membuat mood-nya membaik. And then muncul pertanyaan, apakah akan selamanya bergantung pada obat?

Ia menemukan buku How to Be a Stic karya Massimo Pigliucci, selama masa pengobatannya berlangsung. Buku tersebut kurang lebih mengenai bagaimana menerapkan Filosofi Stoa atau Stoisisme dalam hidup. Setelah membacanya, pikirannya terbuka dan menemukan cara ampuh untuk "terapi tanpa obat". Ia mempraktikkan ajaran-ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari. In short, ia menjadi pribadi yang lebih tenang, damai dan dapat mengendalikan emosi negatif. Atas hasil yang diperolehnya ia memutuskan untuk berbagi kepada orang lain.

Filosofi Teras lahir di sebuah teras yang berpilar dihiasi lukisan, semacam alun-alun di Athena sehingga nama ajaran yang dipelopori oleh Zeno ini disebut Filosofi Stoa atau Filososfi Teras. Filosofi yang sudah ada sejak  masa Yunanai Kuno sekitar 300 tahun SM atau 2.300 tahun yang lalu. Jauh dari filsafat yang terkesan sebagai topik berat, Filosofi Teras disajikan dengan praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini.

Stoisime tidak dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat eksternal, seperti sukses jodoh, disayang bos dan istri (istri sendiri, bukan istri si bos!), mendapatkan ide bisnis start-up yang gampang memperoleh investasi jutaan dolar, atau anak-anak yang jenius. Ini yang membedakannya dari banyak ajaran self-help popular masa kini. (hal. 27)

Hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan lain-lain), mendapatkan hidup yang tenteram (tranquil). Ketenteraman ini hanya bisa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. (hal. 27)

Ajaran Filosofi Teras merupakan sesuatu hal yang baru bagiku. Sebelum membaca, aku sama sekali belum mengetahui tentang filsafat Stoa, Terasa sangat asing.

Buku Filosofi Teras diperkuat dengan persoalan yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia dengan melakukan riset sederhana mengenai Survei Khawatir Nasional. Pertanyaan yang dilemparkan penulis dalam surveinya sederhana tetapi menarik dan menggelitik. Di antaranya mengenai tingkat kekhawatiran hidup seseorang secara keseluruhan, tingkat kekhawatiran tentang studi lanjutan, kekhawatiran tentang relationship maupun status jomblo, kekhawatiran mengenai pekerjaan/bisnis, kekhawatiran tentang keuangan, kekhawatiran sebagai orang tua, dan sebagainya.

Filosofi Teras mengajak kita untuk selalu banyak-banyak bersyukur. Penulis buku ini mampu menyajikan sebuah konsep filosofi stoa dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pembaca. Di beberapa bagian juga terselipkan humor yang membuat pembaca terhibur dan mengesankan bahwa Filosofi Teras bukan buku yang kaku penuh dengan teori-teori.

Dari sisi isi pembahasan, Filosofi Teras sangat aplikatif karena masih relevan dengan problematika kehidupan sehari-hari. Filosofi Teras mampu memberi jawaban dari beberapa pertanyaan seputar konflik dalam ciri, cara menjalani laku hidup yang lebih baik, dan mengatur sudut pandang kita terhadap prasangka orang lain.

Kutipan populer Don't Judge a Book by It's Cover layak ditujukan pada buku ini. Saat seseorang memutuskan untuk mengadopsi buku, terkadang first impression itu menentukan, mulai dari judul buku, cover, hingga sinopsis buku. Sebelum menikmati isi buku, setidaknya beberapa hal itu menjadi pertimbangan seseorang untuk berminat membacanya atau tidak.

I think, buku yang bergenre self improvement  ini bagus, karena disajikan dengan bahasa yang asik dan mudah dicerna. Hal itu juga karena ajaran filsafat yang disampaikan juga tidak terlalu berat dan lebih mengarah ke kehidupan. Buku yang direkomendasikan terutama bagi generasi masa kini yang saat ini lebih terobsesi dengan media sosial, especially Instagram. Berlomba-lomba membuat feed yang sempurna dan menambah followers.

Menjalani filososfi ini memang tidak mudah, dibutuhkan latihan mengendalikan emosi negatif, serta berusaha untuk cuek dan bodo amat terhadap sesuatu yang berada di luar kendali. Maka percayalah, stres hilang, damai pun datang.

Rate ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ (5/5)

Selamat membaca!

Selamat berbahagia ala Filosofi Teras!

Click to buy.

Comments

Popular Posts