SANDWICH Generation!

 Sandwich Generation

. . . adalah kondisi terjepit, dimana anak yang sudah dewasa dan berkeluarga, dalam waktu bersamaan harus membiayai orang tuanya (atau juga mertua dan saudara lainnya) dan anak-anaknya sendiri.

Istilah Sandwich Generation pertama kali datang dari Dorothy A. Miller, profesor di Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat (AS) si tahun 1981, dalam jurnalnya yang berjudul "The 'Sandwich' Generation: Adult Children of the Aging".

Kondisi ini membuat anak-anak yang telah dewasa rentan stress, dan nggak jarang ikut mempengaruhi kehidupan pribadi mereka, seperti timbulnya konflik dalam rumah tangga, atau terganggunya pekerjaan dan pergaulan.

Nah, kalau di negara-negara Timur, hal ini sepertinya lebih dituntut karena seringkali dikaitkan dengan nasihat:

"Anak itu harus berbakti sama orang tua!"

"Bapak dan ibu sudah banyak berkorban buat kamu. ."

Hal ini yang seringkali membuat anak merasa semakin terjepit, terutama jika dia sendiri sebenarnya sedang dalam kondisi finansial yang pas-pasan, yang untuk menanggung hidup sendiri saja masih berjuang.

Sebagai anak yang baik, tentu kita semua ingin membalas semua kebaikan orang tua kita. Tanpa diminta pun sebenarnya kita pasti ingin membahagiakan orang tua kita.

Masalahnya. . .

Banyak juga loh, orang tua yang kurang bertanggungjawab.

*kalau kamu dilahirkan di keluarga yang baik, kamu harus bersyukur ya :')

Kenyataanya:

Banayak orang tua menganggap anak sebagai investasi masa depan.

👩"Percuma kamu disekolahin mahal-mahal, sedikit aja nggak bisa bantu!"

Banyak juga orang tua yang semasa anaknya tidak memberikan kebutuhan dasar anak. Ini bukan cuma soal finansial, tapi juga kebutuhan psikologis, seperti kasih dayang dan rasa aman.

tapi sekarang bilang. . .

👨"Mentang-mentang udah sukses dan pinter, jadi sombong dan nggak inget orang tua!"

Kalau ada di posisi ini. .

    HARUS BAGAIMANA?

Dalam kondisi dimana kita tidak punya pilihan selain menanggung semuanya, yang bisa kita lakukan:

Miliki manajemen finasial yang baik

Kelola pendapatanmu sebaik mungkin dan buat skala prioritas pengeluaran.

Lifesytle sederhana

Tunda dulu keinginan yang tidak mendesak, dan fokuskan menabung, terutama untuk dana darurat.

Komunikasikan batasanmu

Jelaskan pada orang tua, sejauh mana kamu mampu membantu mereka. Jangan sampai kamu stress sendiri karena "tuntutan" berlebih.

Berbagi tanggung jawab

Kalau kamu punya saudara yang juga sudah bekerja, ada baiknya berbagi tugas dengan mereka agar kamu tidak kewalahan sendiri. Ajak mereka juga untuk berhemat bersama untuk menyisihkan dana.

Komunikasikan dengan pasangan

Meski kamu belum menikah, ada baiknya hal ini juga mulai dibicarakan, terutama jika kemungkinan besar kamu bakal harus menanggung orang tuamu setelah berkeluarga. Pastikan pasanganmu dapat mengerti situasi ini, agar tidak sampai menjadi alasan konflik dalam rumah tangga.

Yang jelas. . .

Akan sulit sekali untuk mengubah pola pikir orang tua kita, yang paling bisa kita ubah adalah pola pikir kita sendiri, agar jangan sampai hal ini nanti kita ulangi lagi ke anak-anak kita.

Sebelum berkeluarga

Pastikan kamu siap bertanggungjawab,

*nggak cuma secara finansial, tapi juga secara moral.

Dear calon Orang Tua. . .

Saat kamu memutusakan untuk menikah, kamu harus juga menyadari bahwa ada tanggungjawab yang akan mengikutinya.

Anak bukanlah beban, orang tua yang memutuskan untuk melahirkan mereka. Memiliki anak adalah tanggung jawab seumur hidup, bukan investasi yang suatu saat harus kembali berlipat ganda. Yang pertama, kewajiban orang tua untuk merawat anaknya dengan baik hingga bisa dewasa dan mandiri. Dan juga, kewajiban anak untuk menghormati orang tuanya.

Namun. . percayalah, kalau keduanya melakukan kewajiban masing-masing dengan baik, di masa depan orang tua nggak akan sampai harus "meminta" anak untuk berbakti atau menghormati mereka.

Jika kamu ada di posisi ini, nggak banyak bisa aku katakan selain bilang. . "KAMU HEBAT!". Terima kasih ya, sudah tetap berjuang jadi anak yang baik, meskipun kondisi keluargamu mungkin nggak baik dan ideal.

Aku yakin, semua pengalaman itu juga membentuk kamu jadi pribadi yang sekuat sekarang. Terima kasih sudah bertahan.

Mungkin banyak orang yang nggak mengerti situasimu, tapi. . jangan pernah lupa KAMU TIDAK SENDIRI. Aku yakin, banyak juga yang punya pengalaman serupa di dunia ini.

Untuk kita semua, semoga kita selalu ingat. . kita memang nggak bisa milih mau lahir di keluarga seperti apa tapi kita bisa milih mau membangun keluarga yang seperti apa nantinya. Nggak cuma soal menemukan pasangan yang tepat, tapi kita sendiri juga harus bisa bersikap dewasa, supaya nanti nggak jadi orang tua yang toxic di masa tua kita.

Comments

  1. Bermanfaat kak, baru tau ada istilah sandwich generation

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Bagus kak, meskipun konteksnya berada di posisi sandwich generation, tapi saran yang kakak berikan bisa cukup bijak dan tidak menghakiminkondisi.

    Karena istilah sandwich generation sendiri kan datangnya dari amerika, tentu dibuatnya berdasarkan "value/nilai dari sana". Sedangkan value keluarga di sini dan di sana memang beda.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts