bahasa hati.

Hai! Apa kabar hari ini?

Gimana? Masih bertengkar sama orang rumah ya?

Pasti rasanya ingin pergi yang jauh dari rumah supaya untuk merasa tenang sebentar dan nggak ketakutan untuk kabur dari rumah. Sebab rumah yang seharusnya jadi tempat istirahat, berubah menjadi gudang yang penat.

Iya, iya. . Mungkin kamu rasa aku nggak akan ngerti.

Tapi coba deh baca tulisan ini atau sambil play music instumental yang membuatmu tenang. Dan fokus ke sini sebentar saja. .

Bagaimanapun keadaan di rumah sekarang, tetap fokus disini. .

Tarik napas. . .

Buang perlahan. . .

Tarik napas lebih dalam. . .

Buang lagi perlahan. . .

Lega 'kan dadamu? Lapangkan semua yang membuatmu sesak.

Sekarang anggaplah bahwa kamu memang sedang tidak ada di rumah. Kamu sedang jauh sekali dari tempat yang sangat tidak kamu inginkan. Lalu kita sampai pada sebuah pantai. Di atas pasir yang beralaskan sebuah kain. Tidak ada yang bisa kita dengar, kecuali suara ombak yang bergantian datang dan pergi. Kita juga melihat seekor anjing yang berjalan dan berlari. Sesekali ia berhenti untuk melihat ke arah kita. Kemudian mencari sesuatu yang lebih menarik perhatiannya daripada kita.

Senja sore itu tidak sepenuhnya jingga. Tetapi, ia indah seperti biasanya. Kita juga membayangkan, bagaimana jika senja berlangsung lebih lama lagi. Menunda magrib, menyikap malam.

Hah. . . Apa kita disini saja?

Tidak perlu selamanya, sementara juga cukup.

Lalu kita berujung pada pertanyaan, bagaimana caranya? Bagaimana caranya kita meninggalkan ruang yang kita tidak suka? Bagaimana caranya melarikan diri dari rasa cemas dan takut yang tidak ada sudahnya? Bagaimana caranya pulang bila tidak ada rumah yang aman?

Bagaimana?

Iya. . .

Kita sadar bahwa pertanyaan itu tidak akan berhenti sampai terjawab. Kali ini siapa yang memiliki jawaban itu?

Apakah pada rumah?

Apakah pada diri kita sendiri?

Atau pada kata maaf?

Tenang. . . Karena tidak harus semuanya dimaafkan sekarang juga.

Sebab kamu berhak marah. Bahkan marah pada rumah yang bertahun lamanya menjagamu, nyatanya tidak ada yang menjamin itu 'kan? Bahwa pada suatu hari kamu tidak setuju pada siapapun dan tidak ada yang mendengarmu. Yang bisa dilakukan hanya duduk di kamar, mendengarkan lagu dengan volume besar agar kamu tidak bisa mendengar apapun termasuk suara tangisanmu sendiri.

Bersembunyi dari diri sendiri memang hal yang paling menyesakkan yang tidak bisa disampaikan.

Enggak, aku nggak apa-apa. I'm okay. . 

Aku nggak nangis. . 

Enggak, aku nggak marah kok. .

Hal yang sudah kita tahu, tapi tidak mampu untuk kita akui.

ITS OKAY!

Kasih sayang sering membuat kita punya banyak pemakluman akan kesedihan. Meski hari jadi terasa lebih panjang. Seolah waktu sengaja membuat kita terjebak dalam kesedihan yang begitu melelahkan. Isi pikiran kita menjadi bagian-bagian rumit yang tidak mampu kita pahami.

Seketika bahasa hati pergi. Kita hanya bisa mendengarkan dan mengiyakan. Membuat hidup menjadi lebih penuh dan lebih sesak. Karena kita nggak dikasih spasi untuk membuat semuanya menjadi lebih mudah.

Sabar ya. . . Mau ya?

Sabar sedikit lagi. . .

Tenang sebentar. . .

Ditahan dulu. . Kamu memang punya izin untuk marah. Tapi, jangan sampai amarah itu menguasai kamu.

Ingat! Semesta punya maksudnya.

Kadang memang tidak bisa kita pahami. Tapi yang jelas bukan untuk menyusahkan, melainkan untuk menguatkan.

Hari esok pasti lebih berat. Jadi, siap-siap dari sekarang buat jadi bekal supaya nggak nyerah dan punya pelukan cadangan buat diri sendiri.

Aku disini. . .

Sekarang kamu istirahat. Istirahat dari pikiran kamu sendiri. Izinkan hati kamu untuk bersuara lagi.

Comments

Popular Posts