jadi apa aku nanti?

Kalau coba kembali mengingat, rasanya dahulu punya banyak sekali angan dan mimpi yang terus berubah-ubah. Mungkin memang masanya atau memang karena mimpi itu gratis. Tidak ada yang membatasi apalagi kekhawatiran untuk mencapainya.

Ada beberapa mimpi yang kuingat jelas. Dahulu sekali di taman kanak-kanak Ninda kecil pernah bermimpi jadi guru TK atau dokter anak. HAHA. . aneh ya anak-anak udah mimpi merawat anak-anak lain. Salah satu faktor penyumbang terbesar mimpiku ketika itu mungkin tanteku, karena beliau merupakan guru TK. Tapi mimpi itupun tidak bertahan lama.

Memasuki sekolah dasar bertumbuhlah mimpi yang baru membuat yang lama tampak usang dan kehilangan artinya. Saat itu ada salah satu teman sekelasku yang suka sekali menggambar, akupun jadi merasa sedikit tertantang. Ada dua hal yang paling teringat, aku suka sekali menggambar boneka kertas dengan pakaiannya serta denah rumah untuk aku mainkan. Kalau melihat kondisiku saat itu mungkin itu bentuk anganku melihat halaman-halaman majalah sebagai bentuk harapan. Aku juga sempat bermimpi ingin menjadi atlet renang, karena didukung ada pelajaran renang di sekolah dan ayahku seorang dosen olahraga, Aku rasa aku jago dalam renang dan aku menguasai semua gaya dalam renang.

Kamar, pakaian, aksesoris, apa yang aku impikan saat itu terwujudkan dalam bentuk goresan pensil di balik catatan buku tulis sekolah.

Sampai akhirnya buku itu ditutup dan dilupakan dalam waktu yang lama.

Saat sekolah menengah pertama, keinginan menggambar masih ada dengan mediumnya yang berbeda. Aku tinggal di asrama yang cukup jauh dari rumah jadi setiap pulang sekolah jarang sekali rasanya ada kesempatan untuk bermain bersama teman atau berkumpul dengan keluarga. Kehidupku saat itu mungkin banyak berkutat di asrama. Berkenalan lebih dalam dengan agama Islam.

Lalu saat memasuki sekolah menengah atas, aku berkeinginan menjadi dokter. Namun mimpi itu dipatahkan karena aku masuk dalam jurusan IPS. Akhirnya, aku bermimpi menjadi seorang psikolog atau psikiater. 

Seiring berjalannya waktu mimpi-mimpipun banyak yang tumbuh dan layu layaknya ragam jenis bunga dalam suatu kebun. Dari satu mimpi ke mimpi yang lain kita berikan nutrisi agar mereka merekah ada pula yang terlupa. Tapi dari masing-masing mimpi sudah ada perjalanan yang ditempuh, dilewati, tanpa sadar membuka pertemuan akan mimpi yang lain.

Kebun bunga itu masih ada di dalam sini. Walau mungkin sekarang bukan waktu yang mudah untuk memberi nutrisi. Sejenak rawat perlahan agar mereka tetap ada dan tak hilang di telan bumi.

Tanpa mimpi-mimpi lampau itu jadi apa aku sekarang ini?

Jika sekarang sudah begini, lantas tanpa mimpi-mimpi baru, jadi apa aku nanti?

Namun jadi apapun itu, selama sesuai dengan keinginan diri sendiri, sesulit apapun yang kita hadapi pasti akan terasa menyenangkan, benar 'kan?

Comments

  1. Replies
    1. Yup! Pada intinya adalah jadilah diri sendiri, jadi vrsi terbaik dari diri kita sendiri 😉

      Delete

Post a Comment

Popular Posts