nyaman yang tidak selalu aman

Sepertinya. . . Sepertinya aku perlu jujur, bahwa tulisan ini idenya dari mana ya?

Mungkin akan terdengar kocak ya. HEHE. Sebenarnya informasi yang nggak penting tapi menarik untuk dibahas.

Jadi, beberapa minggu yang lalu. .

aku tidur nggak pakai guling, jadi pakai dua bantal dan satu selimut dan nggak pakai guling. Tapi, bukan aku yang dari dulu nggak pakai guling. Aku tidur selalu pakai dan memeluk guling.

Sampai suatu malam aku mimpi guling itu berubah jadi p0c0ng. Iya gulingnya jadi p0c0ng. . dan aku masih ingat banget. Tau kan mukanya p0c0ng gimana?

Tapi tenang disini aku nggak akan ganti genre jadi horror or jumpscare kok. HEHE. Ini hanya intronya saja.

Jadi, di mimpi itu tiba-tiba ibu aku masuk kamar dan bilang, "Kok kamu meluk p0c0ng?" dan waktu aku lihat ternyata beneran, guling aku berubah jadi p0c0ng. Jadi, fisiknya guling terus ada kepalanya gitu. Nah. . . trauma kan?! Karena trauma itu akhirnya gulingnya sempat aku taruh di lemari. Sejak saat itu aku tidur without guling. Terus juga wajahku (lebih tepatnya bagian mata) aku selalu tutup dengan bantal atau aku harus tidur dengan selimut dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Lalu apa hubungannya sama tulisan ini?

Ada kok hubungannya. Karena yang biasanya tidur pakai guling terus tiba-tiba nggak pakai guling itu SULITBecause, kamu pasti tahu betapa nikmatnya tidur pakai guling, sepertinya meluk gitu enak kan(?)

Bagaimana bisa sesuatu yang membuatku nyaman harus aku hilangkan?

Wah. . . itu nightmare sih!

Jadi, dari mimpi buruk itu aku dapat mimpi buruk lagi, karena aku setrauma itu. Aku hadap kanan, hadap kiri, hadap ke atas. Berusaha mencari posisi yang enak untuk bisa tidur. Menyesuaikan kebiasaan baru itu ternyata susah.

Nah. . bagaimana supaya aku bisa dapat kenyamanan yang sama dengan bentuk yang berbeda?

Bagaimana juga aku bisa di beberapa hari setelah kejadian itu aku bisa tidur tanpa guling? Itu pasti ada prosesnya. Yeah. . it takes time.

First thing first, it takes time.

Dan awalnya emang susah banget. Ya karena bayanganku kalau tidur tanpa guling aku nggak bisa tidur dan tidurku nggak akan nyenyak gitu. Sama seperti ke seseorang yang sudah membuat kita nyaman, itu semakin bahaya tuh. . .

Karena bisa jadi kenyamanan itu sebuah jebakan. Sebab nyaman sama orang itu nggak mudah. Kita bisa di satu titik dimana kita merasa "Wah. . aku nyaman nih sama dia.", "Enak nih sama dia.". Merasa nggak perlu melakukan banyak hal untuk bisa senang, bahkan diam bersama aja udah bisa membuat senang gitu. Hal-hal sederhana seperti itu memang harganya lebih pricey, nggak bisa dibeli. Dicari kemana-mana, kalau nggak yang itu ya nggak bisa atau mungkin dikasih yang lebih wow dari itu ya tetap nggak bisa.

Tapi sekarang pertanyaannya, bagaimana kenyamanan itu ternyata bukan buat kita? Bagaimana kalau at some point kenyamanan itu membuat kita takut? Bagaimana kenyamanan itu tiba-tiba jadi sesuatu yang nggak kita kenal lagi?

Kenyamanan yang mematahkan. Karena terkadang yang nyaman itu sebenarnya nggak selalu aman.

Okey. . kita nyaman sama dia, tapi kadang nyaman itu membuat kita nggak mau kemana-mana, maunya nempel terus sama dia, maunya di dia aja gitu. Seperti mager aja, maunya disini terus, maunya sama dia. Seperti kalau makan sesuatu harus yang ini, kalau mau nonton bioskop harus di kursi nomor ini. Kan itu nggak aman dan nggak baik untuk kita. Tapi, sekarang kita balikan, bagaimana kalau kenyamanan itu membuat kita terlalu bergantung sama dia? Jadi, lupa bahwa yang seharusnya membuat nyaman itu diri sendiri bukan orang lain.

Sama halnya ketika aku mencoba mengubah mindsetku ketika beberapa hari aku tidur tanpa guling dan harus menutup wajahku. Aku bisa tidur ya. . karena pikiran aku sendiri, bukan si guling itu. Terkadang mindset kita bisa berbahaya lho, beneran deh!

Terkadang yang jahat itu pikiran kita sendiri daripada pikiran orang lain. Kita bisa membuat statement yang hanya kita telan sendiri. Walaupun kenyamanan itu memuat kita takut. Sebenarnya kenyamanan juga bertindak jahat kepada kita. Berbuat nggak baik. Tapi, selalu dibela karena sudah memberikan pernyataan bahwa kita nyaman hanya sama dia. Wah. . itu bahaya kan(?)

Menurut aku kenyamanan itu bisa membuat kita jauh sama diri sendiri. Kita bergantung pada sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Kita juga dibuat lupa kalau ternyata yang bisa menjaga hati dan pikiran kita itu diri kita sendiri. Entah kenapa, mata hati jadi melihat hanya ke sesuatu yang membuat kita nyaman ini. Padahal kita bisa melakukan hal yang sama.

That's why, aku juga pernah nyaman sama seseorang yang tiba-tiba harus pergi. Aku seperti merasakan, "Wah. . sudah selesai nih ceritaku.". Karena tiba-tiba seperti hilang tujuan, hilang arah yang sudah membuatku nyaman. Setidaknya kita sedih karena dengan kenyamanan yang tepat. Jangan sampai hanya gara-gara tidur tanpa guling jadi nggak bisa tidur, gara-gara orang yang salah jadi nggak berani membuka hati lagi, gara-gara kenyamanan yang sebetulnya nggak tepat jadi membuat kita takut mengakui bahwa ada kenyamanan lain yang benar-benar membuat nyaman.

Jadi, aku bisa tidur tanpa guling karena aku membuat mindmap di kepala aku bahwa aku butuh tidur dan yang bisa menolong itu hanya diri aku sendiri. Aku nggak mungkin bergantung pada guling itu, it's just a thing. Sama halnya aku berusaha beradaptasi dengan keadaan baru, menghilangkan kebiasaan lama.

Aku rasa kita semua hanya perlu beradaptasi and it's takes time but it's okay!

Jadi, aku yakin di luar sana, kamu yang baca tulisan ini, kamu pasti pernah merasa nyaman akan sesuatu tapi tiba-tiba keadaan membuat kamu kehilangan akan semua kenyamanan itu terus merasa hampa, hilang arah, hilang bahagia, sedih aja yang terasa. Flat lagi nih hidup aku.

Yang sering dilupakan padahal kita bisa bersenang-senang sendirian. Kita juga bisa merayakan hidup walaupun hanya di kamar. Bisa makan sendirian, Bisa nonton bioskop sendirian.

Mindset nggak sehat dan nggak aman seperti itu memang harus dijauhkan! Dan kamu juga perlu catatan-catatan tersendiri, kamu maunya apa, kamu butuhnya apa. kamu harus bagaimana.

Coba tanya ke diri sendiri, jangan ke orang lain. Jangan sampai orang lain membuat keputusan atas pilihan yang seharusnya kamu pilih sendiri. Karena kita bisa mengatur apa yang kita atur. Misalkan, orang lain melihat itu jelak, tapi baik untuk diri sendiri, it's fineSo, buat pikiran-pikiran yang baik dan aman buat diri sendiri. Jangan menunggu orang lain yang melakukannya, mulailah dari diri sendiri!

Comments

Popular Posts