DIBANDINGKAN

Tulisan ini dibuat bukan untuk mengkoreksi orang tua kita, tapi sebagai reminder buat kita untuk menjadi orang tua yang lebih baik di masa depan. Kita tidak bisa mengatur orangg lain, namun yang paling bisa kita atur adalah diri kita sendiri.

"Lihat tuh,  kakakmu rajin. Nggak males-malesan kayak kamu!"

"Diet dong, kayak anaknya Bu Bambang itu loh, langsing. Seneng deh lihatnya."

"Hebat ya, - seumuran kamu tapi udah mau wisuda S1. Pasti orang tuanya bangga."

"Ayo lulus cumlaude 3,5 tahun! liat itu Mas - . Bahkan udah bikin buku."

"Saudaramu aja bisa, masa kamu nggak?"

Banyak orang tua membandingkan anaknya dengan tujuan memotivasi anaknya untuk jadi lebih baik. .

Namun, yang sering terjadi adalah seorang anak bukannya menjadi lebih semangat, tapi malah jadi down dan tidak percaya diri :(

Sering dibandingkan dapat juga menimbulkan luka hati pada anak, dan membuat anak tumbuh menjadi keras pada dirinya sendiri.

Di tahun 2015, peneliti dar Brigham Young University melakukan riset pada 388 remaja bersauara. Di awal riset, peneliti menanyakan pada orang tua masing-masing: mana anak yang lebih pintar. Ternyata, apa yang dipercaya orang tua terhadapa anaknya, itulah yang terjadi pada anaknya. Anak yang dianggap kurang pintar, rata-rata mengalami penurunan nilai GPA di akhir tahun ajaran.

Ada juga anggapan umum bahwa anak pertama biasanya lebih pintar. Kenyataannya, lewat riset itu juga ditunjukkan bahwa kemampuan akademis antar saudara sebenarnya kurang lebih sama. Pandangan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi perlakuan mereka terhadap anak, sekaligus mempengaruhi gambar diri anak itu sendiri.

Dampak jika anak SERING DIBANDINGKAN;

1. Persaingan antar saudara

Perbedaan perlakukan akan membuat anak merasa harus berkompetisi untuk mendapatkan kasih sayang orang tua. Ini dapat memicu pertengkaran dan sikap agresif antar saudara.

2. Rasa insecure dan menjaga jarak

Anak akan merasa idak nyaman berada di dekat orang tuanya, Hubungan yang kurang baik antar orang tua-anak  dapat mempengaruhi karakter anak di masa depan.

3. Potensi tidak maksimal

Setiap anak punya sifat dan bakat yang unik. Jika orang tua menggunakan ukuran yang sama pada setiap anak, anak akan merasa tidak dihargai dan pada akhirnya sulit mengembangkan diri.

4. Sulit mencintai diri sendiri

Anak akan merasa dia tidak pernah cukup baik. Ini rawan mengarah sikap perfeksionis berlebihan, rasa minder, takut bersosialisasi, juga mudah khawatir dan stress.

5. Jadi pemberontak

Sisi ekstrimnya, saat anak sudah susah merasa dirinya tidak berarti, dia bisa jadi bersikap tidak peduli akan segalanya dalam hidupnya. Termasuk kebaikan dan masa depannya sendiri.

Yang sebenarnya harus dipahami orang tua;

1. Setiap anak itu unik dan berbeda

Orang tua perlu meluangkan waktu untuk mendengarkan dan memahami karakter anak. Tugas orang tua adalah membantu anak mencapai potensi maksimal mereka. Apresiasi kelebihan mereka, dan bimbing mereka untuk memperbaiki kekurangan.

2. Anak bukanlah aksesoris

Anak bukanlah objek yang bisa dipamerkan pada orang lain sebagai pencapaian pribadi orang tua. Pemahaman yang salah membuat orang tua memacu anak lebih dari yang sewajarnya.

3. Kebutuhan dasar, pendidikan, dan kasih sayang adalah hak anak

. . bukan sesuatu yang didapat anak sebagai reward saat sudah mencapai sesuatu.

Maka, tidak seharusnya orang tua membandingkan anak dengan ank lainnya lalu mengkaitkannya dengan apa yang sudah mereka "korbankan". Ini hanya akan membuat anak merasa "tidak pantas".

4. Jangan membandingkan, tapi buatlah standar yang masuk akal

Hanya mengkritik kekurangan anak tidak akan memperbaiki situasi. Orang tua harus juga memiliki ekspektasi yang masuk akan terhadap anaknya. Akan lebih baik jika orang tua bisa mengkomunikasikan apa yang diharapkan dari anaknya dan aak juga bisa belajar bersikap terbuka pada orang tua.

Memang, harus menghadapi orang tua atau anggota keluarga yang suka membandingkan itu rsanya tidak enak sekali. Mungkin mereka melakukannya tanpa niat jahat, sehingga mereka juga susah untuk mengerti jika ternyata perbuatan itu bisa menyakiti hati kita.

Yang bisa kita lakukan; jangan biarkan perkataan orang lain (siapapun itu) menghancurkan kita. Kita memang bukan manusia yang sempurna. Pasti ada yang lebih baik dari kita. Tapi, jangan lupa juga kalau kita punya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Hanya jika orang lain belum bisa melihat itu, bukan berarti kelebihan itu tidak ada, 'kan?

Comments

  1. Nomor 1 betul, tiap anak itu berbeda cara penanganannya, dan jadi orang tua jangan sampai salah memberikan pendidikan, karena pada akhirnya ketika sudah salah mendidik, poin nomor 1 akan terus jadi alasan pembenaran si anak dikemudian hari, padahal orang tualah yang salah mendidik anak tersebut.

    Kasus anak pejabat yang salah didik juga mungkin bisa jadi contoh kasus, uang dan kekayaan tidak bisa jadi pedoman bahwa kebutuhan anak terpenuhi, iya soal ekonomi tapi gak soal mental, empati dan sosialnya buruk.

    Atau mungkin karena uang haram membuat semuanya jadi haram juga sampe akhirnya merusak kehidupan anak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts